Selamat Datang! Anda adalah pengunjung ke - ようこそ! あなたは人目のお客様に:

2011-05-31

Renungan Bulanan: Single Operation (Operasi Tunggal) dan Sistem Penomoran

Sejauh ini PT. KAI (Persero) Divisi Jabodetabek yang kini berubah menjadi PT. KAI Commuter Jabodetabek mengoperasikan armada KRL dengan menerapkan beberapa bagian rute dan sistem multi layanan yaitu kelas ekspres, ekonomi AC dan ekonomi non AC sebagai berikut:


Akan tetapi, pada Maret lalu berkembang luas wacana mengenai peralihan rute KRL menjadi hanya 5 (lima) rute saja seperti berita pada salah satu surat kabar populer berikut:

Pola operasi yang hanya 5 rute ini menggunakan sistem 3 kelas (komersial, ekonomi AC dan ekonomi non AC) di mana kelas komersial beserta ekonomi AC dilebur menjadi kelas yang disebut Commuter Line yang dikelola oleh PT. KCJ, sedangkan kelas ekonomi non AC tetap dikelola oleh PT. KAI (Persero) Daop I Jakarta karena terikat dengan PSO (Public Service Obligation), dan tidak ada penyusulan antar kereta dalam satu jalur yang sama.

Tarif yang diberlakukan untuk pola operasi ini adalah Rp9.000 untuk kelas komersial, Rp5.000 sampai Rp6.000 untuk kelas ekonomi AC dan Rp2.000 untuk kelas ekonomi non AC.

Lebih ekstrim lagi, pihak perusahaan sudah memasang berbagai iklan sosialisasi penerapan pola operasional ini yang rencananya akan diberlakukan mulai tanggal 1 April lalu, namun entah mengapa PT. KCJ menarik kembali iklan-iklan tersebut dan tetap menggunakan pola grafik perjalanan KA (Gapeka) tahun 2010 setelah mendapat nota WDU No. 280/WDU/III/2011 dan pola operasi single operation itu pun ditunda hingga 1 Juli mendatang.

Lantas, apa yang akan terjadi jika single operation diterapkan secara tergesa-gesa tanpa perhitungan matang?

Pertama, tak adanya sistem penyusulan untuk kelas komersial dapat memperpanjang waktu tempuh perjalanan KA dalam satu rute yang sama.

Kedua, belum sterilnya peron stasiun dan daerah sekitar rel di sebagian besar stasiun komuter Jabodetabek memungkinkan pengguna yang tak mau atau sengaja tidak membeli tiket sebelum keberangkatan masuk ke dalam rangkaian KA dan membebani sarana yang ada, bahkan dapat melakukan tindakan yang tak semestinya seperti pengrusakan atau hal yang menyebabkan tidak berfungsinya sarana KA.

Ketiga, pengawasan yang masih lemah pada perjalanan KA memungkinkan adanya oknum-oknum tertentu yang tidak puas dengan pelayanan melakukan pemboikotan dan penghasutan yang merugikan pihak perusahaan, karena terbukti hingga saat ini PT. KAI (Persero) maupun PT. KCJ belum mampu menangani masalah pengguna 'bandel' yang naik di atap, persambungan dan juga mengganjal pintu otomatis.

Dari ketiga pertimbangan di atas, menurut opini penulis sangatlah tepat bagi kedua perusahaan tersebut untuk menunda pola operasional single operation hingga benar-benar siap dan kesterilan stasiun penunjang pun terjamin.

Beralih ke topik lainnya, Kementerian Perhubungan kini sedang gencar menyosialisasikan sistem penomoran baru untuk sarana perkeretaapian baik lokomotif, kereta penumpang, gerbong barang maupun peralatan khusus, yang memiliki bentuk penomoran sebagai berikut:

[jenis sarana] [kelas sarana] [tahun mulai operasi/dinas] [nomor urut]

Beberapa penggemar KA mengungkapkan bahwa sistem penomoran semacam ini terkesan 'alay', 'lebay' atau 'berlebihan' karena sebelum sistem ini diberlakukan sudah ada sistem penomoran sejak zaman DKA yang menurut mereka lebih mudah dan sederhana untuk diingat.

Tidak sampai di situ, berhembus juga kabar bahwa KRL-KRL yang akan didatangkan juga menggunakan sistem penomoran baru yang seragam seperti halnya penomoran kereta penumpang (mencantumkan kelas kereta).

Yang menjadi masalah adalah apakah sistem tersebut 100% layak untuk diterapkan, mengingat armada KRL AC yang memiliki fasilitas penumpang kelas eksekutif atau K1 (yang mana K1 ini berlaku untuk kelas ekspres) seringkali dioperasikan sebagai KRL kelas ekonomi AC atau setara dengan K3?

Penulis sendiri mengusulkan agar untuk KRL AC eks Jepang tidak perlulah dicantumkan jenis kelas seperti halnya KRL kelas ekonomi, tetapi cukup dengan huruf "KL" atau "K" saja.

Beberapa model penomoran yang penulis usulkan berdasarkan pemikiran di atas:

KL-6178 (untuk sistem lama, tambahan huruf KL tanpa angka penunjuk kelas di depan nomor bawaan dari Jepang)
K0 1 11 01 (untuk sistem baru, angka 0 menunjukkan KRL tersebut tak memiliki kelas yang tetap).
K 1 11 01 (untuk sistem baru, dengan angka kelas dihilangkan)

Demikian renungan ini disusun sebagaimana adanya, semoga menjadi bahan pelajaran dan motivasi bagi pembaca sekalian.

Proses Pengiriman JR East 203 eks Joban Line

Berdasarkan informasi seorang kontributor penggemar KA Jepang, rangkaian MaTo 66F telah tiba di pelabuhan Niigata melalui lintas Joetsu dan Niigata Seaside, di mana setibanya di stasiun Higashi-niigata lokomotif listrik EF 81 134 dilepas dan diganti dengan dua lokomotif diesel hidrolik seri DE 10 yang dirangkaikan secara double traksi menuju stasiun Fujiyose, yang kemudian rangkaian MaTo 66F tersebut dinaikkan ke kapal menggunakan katrol berukuran besar dengan kondisi bogie dilepas.

Dokumentasi oleh Masaaki Yoshida:






Rangkaian MaTo 66F tersebut direncanakan akan tiba bersamaan dengan lego jangkar kapal pengangkutnya di pelabuhan Tanjung Priok sekitar akhir bulan Juni setelah menempuh perjalanan melalui laut, yang selanjutnya kesepuluh unit kereta tersebut ditarik ke Balai Yasa Manggarai dengan kereta penolong (NR) milik Dipo Induk Bukit Duri atau lokomotif diesel elektrik milik Dipo Induk Jatinegara.

Terima kasih untuk semua pihak yang telah berkontribusi pada proses pengiriman ini.

2011-05-27

Iga Railway SE 53 & SE 54 - 伊賀鉄道 SE53 と SE54

Rangkaian kereta api listrik (KRL) Iga Railway seri SE53 (atau disebut juga seri 203F) dan SE54 (disebut juga seri 204F) merupakan rangkaian KRL eks Tokyu 1000 batch 1006F yang dioperasikan oleh Iga Railway saat ini, di mana rangkaian 204F sudah beroperasi penuh.

KRL ini memiliki dua pantograf berjenis kubus atau diamond-shape pada kereta bermotor traksi dan memiliki warna cat yang beragam untuk setiap setnya seperti halnya KRL-KRL yang dioperasikan oleh PT. KAI/PT. KCJ, namun pada KRL ini tidak hanya kombinasi warna yang digunakan tetapi juga gambar karakter tertentu (bahkan Ninja Hattori diketahui juga tergambar) beserta grafir di bagian samping.

Susunan formasi rangkaian:

Mo 203 (MC) - Ku 104 (TC) => DeHa 1406 (M1) - KuHa 1106 (T1C)
Mo 204 (MC) - Ku 104 (TC) => DeHa 1206 (M1) - KuHa 1006 (T2C)

Dokumentasi:

203F

204F

Terima kasih kepada kontributor penggemar KA di Jepang yang telah bersedia memberikan fotonya untuk artikel ini.

Untuk artikel dan spesifikasi Tokyu 1000 (asal mula KRL ini) bisa dibaca di:

Spesifikasi Tokyu 1000 Lintas Toyoko, Ikegami dan Tamagawa

Rencana Kedatangan Japan Railway East Seri 203

Berdasarkan berita dari seorang penggemar KA Jepang, pada 24 Mei lalu satu set pertama KRL JR East 203 telah diangkut dari dipo induk Matsudo menuju dipo Niigata dengan ditarik lokomotif listrik EF 81 134 milik dipo Niigata di mana untuk selanjutnya set tersebut dikapalkan menuju pelabuhan Tanjung Priok.

Pengiriman set KRL JR ini sendiri dilakukan melalui jalur hibah dikarenakan rangkaian seri 203 di jalur Joban akan dihentikan operasinya dan digantikan dengan rangkaian baru.

Satu set KRL yang akan dikirim tersebut adalah rangkaian MaTo 66F (KuHa 202-106F) yang memiliki formasi 10 kereta, seperti terlihat dalam foto di bawah ini:










Terima kasih untuk kontributor perkeretaapian Jepang (Satoshi Takagi) dan penggemar KA Jepang lainnya yang sudah mendokumentasikan rencana pengiriman ini.

Untuk rangkaian lengkap dari set MaTo 66F silakan baca artikel ini:


Selain rangkaian MaTo 66, kabarnya akan ada 2 set JR 203 lainnya yang akan didatangkan ke Jakarta.

Uji Coba Tokyo Metro 6000 Batch 6115F - 元東京メトロ6000 - 15Fの試運転

Dari informasi yang penulis peroleh, pada tanggal 26 Mei telah dilakukan uji coba rangkaian eks Tokyo Metro 6000 batch 6115F di lintas Manggarai-Bogor dengan rute Manggarai-Bogor-Manggarai-Dipo Induk Bukit Duri, di mana interior kereta ini menggunakan sambungan model jamur seperti halnya persambungan kereta di rangkaian eks Tokyo Metro 7000 batch 7117F.

Dokumentasi:



Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kontributor penulis yang telah bersedia menyumbangkan foto pelaksanaan uji coba tersebut.

2011-05-18

Perawatan Akhir Lengkap Rangkaian Tokyu 8500 Batch 8613F dan Uji Coba Tokyo Metro 6000

Rangkaian 8613F yang telah dijelaskan pada artikel sebelumnya kini sudah memasuki tahap pengecatan warna dan pemasangan skema baru, di mana skema warna yang digunakan masih menggunakan skema PT. KAI Commuter Jabodetabek.

Foto di lokasi perawatan:




Selain berita perawatan rangkaian 8613F, penulis juga mendapati telah dilakukan percobaan untuk rangkaian KRL eks Tokyo Metro batch 6126F beserta KRL INKA-Bombardier dan kini sudah memasuki tahap sertifikasi.

Foto 6126F di stasiun Manggarai


Foto KRL INKA-Bombardier (sesi uji coba malam hari), oleh Adam Faridl (salah satu kontributor Daop I Jakarta)


Terima kasih kepada semua kontributor di lapangan yang bersedia memberikan informasi bagi tulisan penulis.

2011-05-06

Osaka Municipal Subway 30000 Midosuji Line - Build Phase (大阪市営地下鉄30000系の御堂筋線)

Pada tahun ini Kinki Nippon Car Corporation telah memproduksi 10 unit kereta seri 30000 untuk digunakan di lintas Midosuji yang dioperasikan oleh Osaka Muncipial Subway.

Foto kereta bersangkutan:





Kereta ini memiliki formasi 10 unit kereta per set dengan sistem penyediaan aliran listrik berupa shoe gear dengan bantuan rel ketiga di sepanjang jalur, dan direncanakan untuk dioperasikan mulai Desember 2011.

Sebelum rangkaian ini dibuat, telah ada rangkaian seri 30000 lainnya yang beroperasi di lintas Tanimachi dengan konfigurasi 6 unit kereta per rangkaian, di mana rangkaian seri 30000 untuk lintas Midosuji ini dibuat untuk menggantikan rangkaian 10 kereta yang sebelumnya telah ada.

Sumber artikel: http://westjapan2.seesaa.net/article/198884338.html

2011-05-04

Perawatan Akhir Lengkap (PAL) Rangkaian eks Tokyu 8500-8613F dan Kedatangan KRL INKA-Bombardier

Berdasarkan informasi terkini yang penulis peroleh, penulis mendapati rangkaian 8613F tengah menjalani PAL di dipo Depok seperti pada dua gambar berikut ini:



Perawatan akhir untuk rangkaian ini menyusul PAL untuk rangkaian 8003F yang hampir selesai dilaksanakan, di mana akan dilakukan penggantian skema warna beserta perawatan seluruh komponen pada rangkaian bersangkutan.

Diperkirakan skema warna dari 8613F yang baru akan sama seperti rangkaian seri 7000 dan 05 eks Tokyo Metro yang menggunakan pewarnaan ala Pt. KAI Commuter Jabodetabek (PT. KCJ).

Sementara itu dari Balai Yasa Manggarai (BY MRI) dilaporkan telah tiba 1 set pertama rangkaian KRL produksi INKA dan Bombardier AG dari PT. INKA Madiun, di mana satu set rangkaian terdiri dari 4 kereta dengan konfigurasi layaknya KRL-I (TC1-M1-M2-TC2), namun belum diketahui kapan rangkaian ini akan melakukan perjalanan uji coba di lintas Bogor.

Foto KRL KfW INKA-Bombardier (seri I-9000) yang penulis peroleh (masih ditutup kain biru):


Terima kasih yang sebesar-besarnya diucapkan bagi rekan penulis (Badia Harrison dan Fasubkhanali) yang telah memberikan info beserta foto bukti pendukung di lokasi.